Rabu, 20 Februari 2013

Atmosfer dan Hidrosfer



A. Atmosfer
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah atmosfer biasa dikenal sebagai udara yang berada di sekitar kita dengan ketinggian hingga ± 1.000 kilometer. Atmosfer terbentuk sewaktu Bumi ini tumbuh, gas-gas yang terjebak di dalam planetesimal tadi lepas sehingga menyelimuti bola Bumi. Lama-kelamaan, gas oksigen dilepaskan oleh tumbuhan pertama di Bumi sehingga udara di atmosfer purba bertambah tebal hingga saat ini. Atmosfer sangat dibutuhkan bagi kehidupan di Bumi ini. Udara merupakan sumber daya alam yang digunakan oleh semua makhluk hidup di Bumi untuk bernapas. Bahkan, kita terlindungi dari batu meteor-meteor yang hendak jatuh ke Bumi karena atmosferlah batu-batu meteor tersebut tidak jatuh ke Bumi. Selain itu, atmosfer juga mempunyai peranan mengatur keseimbangan suhu agar tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari.
Selain atmosfer mengandung gas-gas, seperti neon, helium, hidrogenium, krypton, dan xenon. Di atmosfer juga terdapat persenyawaan seperti uap air, ozon, gas CO2 dan NH3
Atmosfer mempunyai beberapa sifat antara lain sebagai berikut :
a. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dapat dirasakan kecuali bentuk angin.
b. Dinamis dan elastis atau dapat mengembang atau mengerut.
c. Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi.
d. Mempunyai berat sehingga memiliki tekanan.

a. Karakteristik Lapisan Atmosfer
Atmosfer terdiri atas banyak lapisan. Tiap lapisan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Lapisan-lapisan atmosfer adalah :
1) Troposfer
Lapisan ini mempunyai ketebalan yang berbeda-beda di tiap wilayah di atas Bumi. Di atas kutub, tebal lapisan ini sekitar 9 km. Semakin dekat dengan daerah khatulistiwa lapisan ini semakin tebal hingga mencapai 15 km. Perbedaan ketebalan ini disebabkan oleh rotasi Bumi, akibatnya terjadi perbedaan kondisi cuaca antara kutub dan khatulistiwa. Yang istimewa, lapisan ini menjadi tempat terjadinya proses-proses cuaca, seperti awan, hujan, serta proses-proses pencemaran lainnya. Pada lapisan ini tinggi rendahnya suatu tempat di permukaan Bumi berpengaruh terhadap suhu udaranya. Hal ini mengikuti hukum gradien geothermis, yaitu semakin tinggi (tiap kenaikan 1.000 meter) suatu tempat di permukaan Bumi, temperatur udaranya akan turun rata-rata sekitar 6°C di daerah sekitar khatulistiwa. Peralihan antara lapisan troposfer dengan stratosfer disebut tropopause.
2) Stratosfer
Lapisan di atas tropopause adalah lapisan stratosfer. Di lapisan ini tidak berlaku hukum gradien geothermis karena semakin tinggi posisi di tempat ini, suhu akan semakin naik. Hal ini disebabkan kandungan uap air dan debu hampir tidak ada. Karakteristik yang menarik pada lapisan ini adalah adanya lapisan ozon yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Ozon melindungi manusia dari radiasi sinar ultraviolet. Keberadaan ozon sekarang ini semakin menipis karena adanya pencemaran dari gas CFC (Chloroflourocarbons). Di atas lapisan stratosfer terdapat lapisan stratopause yang merupakan lapisan peralihan antara stratosfer dan mesosfer.
3) Mesosfer
Lapisan ini merupakan tempat terbakarnya meteor dari luar angkasa menuju Bumi sehingga lapisan ini merupakan lapisan pelindung Bumi terhadap benturan benda atau batuan meteor. Di atas lapisan mesosfer terdapat lapisan mesopause yang merupakan lapisan peralihan antara mesosfer dan termosfer.
4) Termosfer
Lapisan di atas mesopause adalah lapisan termosfer. Pada lapisan ini terdapat aurora yang muncul kala fajar atau petang. Lapisan ini penting bagi komunikasi manusia karena memantulkan gelombang radio ke Bumi sehingga gelombang radio pendek yang dipancarkan dari suatu tempat dapat diterima di bagian Bumi yang jauh.
5) Eksosfer
Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang mengandung gas hidrogen dan kerapatannya makin tipis sampai hampir habis di ambang angkasa luar. Cahaya redup yaitu cahaya zodiakal dan gegenschein muncul pada lapisan eksosfer yang sebenarnya merupakan pantulan sinar matahari oleh partikel debu meteor yang banyak jumlahnya dan bergelantungan di angkasa.

b. Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dan pada suatu tempat atau daerah yang sempit. Sedangkan iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang relatif luas dengan waktu yang relatif lama. llmu yang mempelajari tentang cuaca disebut meteorologi, sedangkan ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi. Kondisi cuaca harian diamati oleh suatu lembaga yang disebut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG),
Perbedaan Cuaca dan Iklim

Unsur-unsur cuaca dan iklim antara lain sebagai berikut.
a. Radiasi sinar matahari
b. Suhu udara

Suhu udara diukur dengan termometer. Kertas yang berisi catatan tentang suhu disebut termogram. Faktor-faktoryang mempengaruhi suhu udara antara lain sebagai berikut :
1) Sudut datangnya sinar matahari.
2) Jarakdari laut.
3) Tinggi suatu tempat.
Semakin tinggi letak suatu tempat maka suhu udara semakin rendah, Garis-garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai rata-rata suhu udara sama disebut isoterm.
c. Tekanan udara
Tekanan udara berbeda-beda bergantung pada tempat dan waktu. Besarnya tekanan udara dinyatakan dengan milibar (mb). Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer.
Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang bertekanan udara sama disebut isobar.
d. Angin
Angin adalah aliran udara dari tempat satu ke tempat yang lain. Angin mempunyai arah dan kecepatan. Untuk rnengetahui arah angin digunakan bendera angin atau kantong angin. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer.
Hasil catatan anemometer disebut anemogram. Satuan kecepatan angin adalah km/jam atau knot.

e. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat untuk mengukur kelernbaban udara disebut higrometer. Kelembaban udara dinyatakan dengan satuan gram per meter kubik (g/m3).
f. Curah Hujan
Berubahnya uap air menjadi butir-butir air dan jatuh ke permukaan bumi.
Sesuai dengan unsur-unsur iklim maka hal yang berkaitan dengan lokasi, seperti letak garis lintang, tinggi tempat, dan sifat wilayah dapat menentukan iklim dan cuaca. Berdasarkan letak garis lintang dan lokasi wilayah yang semakin menjauhi garis khatulistiwa atau semakin mendekati daerah kutub, maka iklim dan udaranya semakin dingin. Berdasarkan letak garis lintang, iklim di muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe. Klasifikasi ini disebut klasifikiasi iklim matahari, antara lain sebagai berikut
1) Iklim Tropik terletak di daerah antara 231/2° LU – 23 1/2° LS.
2) Iklim Subtropik terletak antara 23 1/2 ° – 35°, baik LU maupun LS.
3) Iklim Sedang terletak antara 351/2° – 66 1/2 °, baik LU maupn LS.
4) Iklim Dingin terletak antara 66, 1/2° – 90°, baik LU maupun LS.
Atas dasar klasifikasi iklim di atas, Indonesia termasuk wilayah beriklim tropik.

c. Tipe-Tipe Hujan
Hujan merupakan proses lanjutan dari naiknya massa udara/awan. Uap air yang terkandung dalam awan tersebut akan berubah menjadi butir-butir air yang besar dan akhirnya jatuh ke Bumi. Proses terjadinya hujan dan besarnya curah hujan tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Wilayah yang memiliki curah hujan yang sama pada suatu peta ditunjukkan oleh garis isohyet. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan menjadi sebagai berikut :
1) Hujan Orografis
Hujan ini terjadi karena udara yang membawa uap air dari laut dipaksa naik oleh adanya pegunungan. Wilayah yang tidak turun hujan di sisi lain gunung atau pegunungan dikenal dengan sebutan daerah bayangan hujan.
2) Hujan Zenithal
Hujan zenithal terjadi karena adanya pertemuan arus konveksi yang membawa uap air di daerah khatulistiwa. Dengan adanya pertemuan dua arus konveksi menyebabkan tabrakan dan kedua massa udara naik ke atas.

Hujan Orografis Hujan Zenithal

3) Hujan Frontal
Hujan frontal terjadi karena pertemuan dua massa udara yang berbeda suhunya. Perbedaan suhu ini menyebabkan massa udara yang panas dipaksa naik ke atas. Jumlah curah hujan dalam sebulan dapat digunakan untuk menentukan bulan basah, bulan sedang, dan bulan kering. Bulan basah terjadi jika dalam satu bulan jumlah curah hujannya lebih dari 100 mm, bulan sedang jika dalam satu bulan jumlah curah hujannya 60–100 mm, dan bulan kering jika dalam satu bulan jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm.
Di Indonesia curah hujan tertinggi terdapat di daerah Kranggan. Daerah ini terletak di lereng barat Gunung Slamet. Curah hujannya ± 8.305 mm/ tahun. Daerah yang lain adalah Tenjo, dekat Baturaden, Jawa Tengah. Jumlah curah hujannya ± 7.069 mm/tahun.
Hujan Frontal
Curah hujan paling sedikit terdapat di Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. Curah hujannya dalam satu tahun ± 547 mm. Daerah lainnya adalah Asembagus, Jawa Timur. Curah hujannya dalam satu tahun ± 886 mm.

d. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Suhu Udara
Dapat kamu bayangkan saat kamu pergi ke pegunungan kemudian ke pantai, pasti akan kamu rasakan adanya perbedaan suhu. Berdasarkan gradien geothermis, suhu memang akan berubah seiring dengan perubahan ketinggian tempat. Perubahan suhu udara berdasarkan perbedaan ketinggian ini dapat dihitung dengan rumus Mock berikut :

DT = 0,006 (x – x ) . 1° C

Keterangan :
DT = Selisih suhu udara antara lokasi 1 dengan lokasi 2 (°C).
x1= Tinggi tempat yang diketahui suhu udaranya (m).
x2= Tinggi tempat yang dicari suhu udaranya (m).

Jika selisih suhu udara ( T) tandanya negatif untuk mengetahui suhu
udara yang dicari, suhu udara yang telah diketahui dikurangi dengan T.
Jika T tandanya positif untuk memperoleh nilai suhu udara yang kamu
cari, suhu udara yang telah diketahui dijumlahkan dengan nilai T.
Contoh:
Kota A memiliki ketinggian 5 m di atas permukaan air laut. Rata-rata
suhu udara kota A 28°C. Berapakah rata-rata suhu udara kota B yang memiliki ketinggian 215 m di atas permukaan air laut?
Penyelesaian:
Diketahui:Ketinggian kota A = 5 m dpal.
Ketinggian kota B = 215 m dpal.
Rata-rata suhu udara kota A = 28° C
Ditanyakan: Rata-rata suhu udara kota B?
Jawaban:
DT = 0,006 (X1 – X2) × 1° C
= 0,006 (5 – 215) × 1° C
= –1,2
Jadi, suhu udara kota B adalah 28° C – 1,2° C = 26,8° C.
Dengan perhitungan menggunakan rumus Mock di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan 100 meter ke arah puncak gunung, suhu udaranya akan turun sebesar 0,6°C.

e. Jenis-jenis Angin
Perubahan siang dan malam menyebabkan perbedaan penerimaan sinar matahari. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan suhu (temperatur) di berbagai tempat di permukaan Bumi termasuk di daratan dan lautan. Suhu yang tinggi mempunyai tekanan udara yang lebih rendah. Sementara itu, suhu yang rendah memiliki tekanan udara yang tinggi. Perbedaan inilah yang menyebabkan terjadinya angin.

a. Angin Lokal
1) Angin Darat dan Angin Laut

Angin Darat Angin Laut

Pada saat siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan, sementara itu pada malam hari daratan lebih cepat dingin dari lautan. Perbedaan suhu ini akan mempengaruhi tekanan udara antara darat dan laut. Pada siang hari tekanan udara daratan lebih rendah daripada lautan sehingga udara bergerak dari laut ke darat dan disebut angin laut. Sebaliknya, pada malam hari tekanan udara daratan lebih tinggi daripada lautan sehingga udara bergerak dari darat ke laut dan disebut angin darat.
2) Angin Lembah dan Angin Gunung
Pada malam hari puncak gunung lebih cepat dingin daripada lembah. Sementara itu, pada siang hari puncak gunung lebih cepat panas daripada lembah. Perbedaan suhu udara antara puncak gunung serta lembah ini akan mempengaruhi tekanan udaranya dan akhirnya akan mempengaruhi kondisi angin yang bertiup. Pada malam hari tekanan udara di puncak gunung lebih tinggi daripada lembah sehingga angin bertiup dari puncak gunung ke lembah dan disebut angin gunung. Sebaliknya, pada siang hari tekanan udara di puncak gunung lebih rendah daripada di lembah, akibatnya angin bertiup dari lembah ke puncak gunung dan disebut angin lembah.

Angin Lembah Angin Gunung

3) Angin Fohn
Angin fohn merupakan kelanjutan dari proses terjadinya hujan orografis. Setelah terjadi hujan di salah satu sisi lereng gunung, angin yang sudah tidak membawa uap air ini tetap meneruskan embusannya menuruni sisi lereng gunung yang lain. Oleh karena sifatnya yang kering, tumbuhan yang dilaluinya menjadi layu sehingga berdampak negatif pada usaha pertanian.
Di Indonesia penyebutan angin fohn berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Penyebutan itu antara lain:
a) Angin brubu di Sulawesi Selatan.
b) Angin bohorok di Deli (Sumatra Utara).
c) Angin kumbang di Cirebon (Jawa Barat).
d) Angin gending di Pasuruan dan Probolinggo (Jawa Timur).
e) Angin wambrau di Papua.

Terjadinya Angin Fohn

4) Angin Siklon dan Angin Antisiklon
Angin siklon dan angin antisiklon antara belahan Bumi utara dan selatan arahnya berbeda. Perhatikan gambar di samping. Dari gambar tersebut bagaimana pendapatmu mengenai angin siklon dan antisiklon, baik di belahan Bumi utara ataupun belahan Bumi selatan? Angin siklon merupakan udara yang bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi menuju titik pusat tekanan udara rendah di bagian dalam. Sementara angin antisiklon bergerak dari daerah pusat tekanan udara tinggi menuju tekanan udara rendah yang mengelilinginya di bagian luar. Gerakan arah angin ini berputar. Di daerah tropis, angin siklon sering terjadi di laut. Penyebutan angin siklon di beberapa daerah berbeda-beda di antaranya sebagai berikut :
a) Hurricane, yaitu angin siklon di Samudra Atlantik.
b) Taifun, yaitu angin siklon di Laut Cina Selatan.
c) Siklon, yaitu angin siklon di Teluk Benggala dan Laut Arab.
d) Tornado, yaitu angin siklon di daerah tropis Amerika.
e) Sengkejan, yaitu angin siklon di Asia Barat.
2) Angin Muson/Musim
Angin muson yang terjadi di Indonesia ada dua, yaitu angin muson barat dan angin muson timur. Angin muson barat terjadi pada bulan Oktober–April. Pergerakan angin muson barat yang kaya uap air mengakibatkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Saat itu kedudukan Matahari berada di belahan Bumi selatan. Nah sampai di sini, tentu kamu tahu daerah-daerah yang bertekanan udara tinggi dan tekanan udaranya rendah serta ke mana arah pergerakan angin muson barat.
Angin muson timur terjadi pada bulan April–Oktober. Angin muson timur yang bersifat kering mengakibatkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim kemarau. Saat itu kedudukan Matahari berada di belahan Bumi utara.

Senin, 13 September 2010

PIWULANG KAUTAMAN III

Wêwalêr : # 101
Båndhå iku pêrlu nangíng åjå diumúk-umúkaké, drajad lan pangkat iku
pêrlu, åjå dipamèr pamèraké, jalaran biså mlèsèdaké awaké dhéwé.

Wêwalêr : # 102
Åjå mélík darbèking liyan, margå rêbutan råjåbrånå lan wanita iku biså
gawé congkrahíng pårå sujånå lan gawé nisthaníng ati.
Wêwalêr : # 103

Åjå sênêng mamèraké båndhå lan ngêgúngaké pangkat, sêbab båndhå
biså lungå, drajad/pangkat bisa oncat.
Wêwalêr : # 10
4
Åjå sênêng marang wóng kang ngujå håwå napsu margå akèh bandhané. Jalaran båndhå mau bisa gawé cilåkå
amargå durúng mêsthi båndhå kang rêsík.
Pitudúh : # 105

Ing samubarang gawé åjå sók wani mêsthèkaké, awít akèh lêlakón kang
akèh bangêt sambékalané síng ora biså dinuga tumibané. Jêr kåyå uniné pêpèngêt, "Mênåwå manungså iku pancèn wajíb ihtiyar, nangíng pêpêsthèné dumunúng ing astané Pangéran Kang Måhå Wikan". Mulå ora samêsthiné yèn manungså iku nyumurupi bab-bab síng durúng kêlakón. Saupåmå nyumurupå, prayogå åjå diblakakaké wóng liyå, awít têmahané múng bakal murihaké bilahi.
Pitudúh : #
106
Sabar iku ingaran mustikaning laku, jumbúh karo uniné bêbasan : "Sabar
iku kunciníng swargå", atêgês marganíng kamulyan. Sabar, liré mómót kuwat nandhang sakèhíng cobå lan pandadaraníng ngauríp, nangíng ora atêgês gampang pêpês kêntèkan pêngarêp-arêp. Suwaliké malah kêbak pêngarêp-arêp lan kuwåwå nampani åpå baé kang gumêlaring salumahé jagad iki.
Pitudúh : # 107

Kahanan donya iki ora langgêng, tansah owah gingsír.
Yèn sirå kêbênêran katunggónan båndhå lan kasinungan pangkat, åjå banjúr rumangsa "Såpå sirå såpå ingsún", tansah ngêndêlaké panguwasané tumindak dêgsurå marang sapådhå-pådhå. Élinga yèn båndhå iku gampang ilang (sírnå). Pangkat sawayah-wayah bisa oncat.
Pitudúh : # 108

Saibå bêciké samangså wóng kang lagi kasinungan kabêgjan lan nampå
kabungahan iku tansah élíng gêdhé ngucap syukúr marang Kang Pêparíng. Awít élinga yèn tumindak kåyå mangkono mau kêjåbå biså ngilangi watak jubriyå uga mlêtikaké råså rumångså yèn wóng dilairaké marang sapådhå-padhané titah, mbêngkas kasangsaran, munggahé ngrêkså hayuníng jagad.
Pitudúh : # 109

Åjå sók ngêndêl-êndêlaké samubarang kaluwihanmu, åpå manèh
mamèraké kasugihan lan kapintêranmu. Yèn anggónmu ngóngasaké dhiri mau múng winatês ing lathi tanpå búkti, dhóngé pakarti kåyå mangkono iku ngêngón awakmu dadi ora aji. Luwíh prayogå turutên pralampitané tanduran pari. Pari kang mêntês mêsthi tumêlúng, kang ndongak mracihnani yèn kóthóng tanpå isi.
Pitudúh : # 110

"Rumångså sarwå duwé" lan "Sarwå duwé rumångså", iku yèn ditulís gênah múng diwolak-walík baé,
nangíng surasané jêbúl kåyå bumi karo langit. Síng kapisan nudúhaké watak ngêdír-êdíraké, wêngís satindak lakuné (polahé), yèn nggayúh pêpénginan ora maèlu laku dudu, samubarang pakarti nisthå ditrajang wani. Déné síng kapindho pakartiné tansah kêbak wêlas asíh, wicaksånå ing sabên laku, rumångså doså samångså gawé kapitunané liyan.

Pitudúh : # 111
Nadyan wêsi iku kanyatané atós, éwa sêmono yèn wís kêtrajang ing
taiyèng yå bakal êntèk gripís. Sêmono ugå tumrapíng wóng kang kataman råså mèri, atiné mbåkå sêthithík ugå bakal gripís, awít rumangsa yèn awaké tansah apês, saénggå kélangan grêgêt lan lumúh makaryå. Wusanané pêpês atiné kêntèkan pêngarêp-arêp.
Pitudúh : # 112

Yèn sirå sacårå badaniyah lan rohaniyah têtêp kêpingín bagas kuwarasan,
tansah élingå róng prakårå iki :
1.
Tansah jaganên sakèhíng samubarang kang nêdyå sirå lêbókaké ing tutúk, dithinthíng luwíh dhisík åpå bakal gawé rusakíng rågå åpå ora.
2.
Kulinaknå mikír luwih dhisík samubarang kang arêp sirå wêtókaké såkå tutúk. Liré pikirên luwíh dhisík klawan matêng åpå kang bakal sirå wêtókaké iku ora malah gawé kucêmíng awakmu dhéwé, nglarani atiníng liyan åpå ora. Déné yèn ora ånå paédahé luwíh bêcík åjå kók kojah amríh ora nandhang piduwúng.
Pitudúh : # 113

Digêndhóngånå dikuncènånå kåyå ngåpå, nangíng wóng iku yèn wís
tinakdír têkan janjiné utåwå ajalé, mångså bakal wurungå. Iki manèh pélíng kita, yèn kita manungså mono ing atasé badan lan umuré dhéwé ora kuwåså. Åpå manèh síng múng wujúd barang sampiran kåyådéné drajad sêmat lan pangkat, kaluhuran, kasugihan, lan kalungguhan. Mula såkå iku åjå kibír, jubriya lan åjå sók dumèh. Awít isíh ånå panguwåså liyå (Gústi Allah) kang luwíh kuwåså.
Pitudúh : # 114

Ngombé lan mêmangan yèn tanpå takêr lan tanpå pilíh-pilíh iku pancèn
biså nêkakaké bilahi. Mula nyandhêt ubalíng kêpinginan ngombé lan mêmangan kang kåyå mêngkono mau wís atêgês sawijiníng pamarsudi nyêgah karusakaníng jiwå lan rågå. Wóndéné sranané kang prayogå yaiku påså síng mêngku ancas pupúr sadurungé bênjút nyingkiri sadurungé bilahi.
Pitudúh : # 115

Kamulyan lan kanikmataning uríp wóng-wóng kang sugíh dituku måwå
tangising rakyat kang mlarat.
Pitudúh : # 116

Kang kinaran janmå kang wís kadunúngan cíptå kang wêníng iku, yåiku
såpå kang wís têmên-têmên mantêp pangidhêpé marang Gústi Kang Múrbèng Dumadi. Wóng kang kåyå mangkono mau samångså nindakaké pakarti åpå tå åpå tansah linambaran ati kang sarwå têpa tulús, kabèh-kabèh amúng akarånå Allah. Ora cilík ati, gêdhéné ngråså owèt ing kalané wóhíng panggawéné mitunani awaké dhéwé, nangíng biså gawé raharjané sêsamaníng dumadi. Kósókbaliné wóng kang nindakaké pangibadah nangíng isih ndarbèni pêpinginan supåyå diwêruhana lan digawókana déníng Allah, iku pratåndhå yèn pangidhêpé lan pangibadahé durúng akarånå Allah.
Pitudúh : # 117

Pambudidayanirå manêmbah marang Pangéran iku prayogané åjå sirå anggo sarånå ngalab tumuruníng
pêparingé, nangíng mligiya nindakaké panêmbah múng såkå niyat manêmbah. Awít wóng kang nyênyadhóng sihíng Pangéran sarånå laku panêmbah kathík banjúr nyåtå kalêksanan panyuwuné, ing adat wóng mau banjúr dadi kêthúl kawaspadané marang kaluhuran lan kêagungané Kang Múrbèng Dumadi. Aran isíh bêgjå yèn ora banjúr dadi wóng jubriyå sênêng nyêpèlèkaké marang sêsamaníng dumadi.
Pitudúh : # 118

Ånå sawènèhíng wóng kang duwé pênganggap mênawa nyênyuwún
sihíng Allah iku ora ånå gawéné. Awít Gústi Allah iku adíl lan Måhå Wuninga saénggå ora bakal pêparíng marang wóng kang ora pantês nampa ganjaran, nangíng wóng mau sajak lali yèn Gústi Allah mono Maha Wêlas lan Maha Asíh. Ugå ana sawènèhíng wóng kang ora prêcåyå marang anané Gústi Allah, prêsasat ugå ora prêcaya marang anané dhéwé, déné nganti awaké lair ånå ing donya. Nangíng yèn wóng mau nandhang rêribêd lan nalaré wís pantóg, adaté tuwúh osikíng atiné yèn Pangéran iku ånå malah banjúr disêsuwuni.
Pitudúh : # 119

Wóng kang kulina ngéníngaké cíptané kang rêsík ing wayah ésúk, lawas-lawas banjúr biså ngêningaké cíptané
ing wayah bêngi ugå, lan sangsåyå lawas manèh bisa ngêningaké cíptå ing wayah åpå baé lan ing ngêndiya baé. Nangíng sabarang pratingkah iku biså dadi pakulinan manåwå katindakaké kanthi ajêg, sarånå panglantíh kang tumêmên lan ora bosên. Klawan mangkono sabarang kang mauné rinåså rêkåså lan abót, bakal sírnå. Mangkono ugå ånå bédané yèn kita kêpingín nanêm wiji kautaman, iya kudu kita gladhi tanpå bosên.
Pitudúh : # 120

Yèn pinuju wayah bêngi langité têrang banjúr tumêngåå ing tawang, kita bakal nyipati sapérangané gêlaríng alam,
abyóríng langít kang sumilak sinêbaran lintang-lintang patíng krêlip, gêdhé cilík kåyå wís sêngadi tinåtå panggónané, angin sumilír ngobahaké kêkayónan lan gêgódhóngan kang ngandhút arumíng gandané kêkêmbangan. Síng kåyå mangkono sayêkti bisa nuwúhaké råså pangråså têntrêm ing ati kitå. Nangíng luwíh såkå iku, åpå síng kåyå mangkono mau ora ngosikaké kita tumrap kaluhuraníng Kang Måhå Agúng kang wús mranåtå sakabèhíng mau ?
Pitudúh : # 121

Tumrapíng wóng múrsíd yèn pinuju kambah ing prihatin, nolah-nolèh
ngiwå nêngên wís ora ånå pitulungan manèh kang biså diarêp-arêp têkané. Parandéné ora bakal kóncadan ing pangarêp-arêp. Awít wís mangêrti mênåwå tambané prihatín kang ampúh iku ora liyå kêjåbå : sabar. Sabar lan tawakal nyênyuwún kanthi têmên-têmêníng ati marang kamurahaníng Kang Måhå Kuwåså kang ngrêgêm sakabèhíng mobah-mosikíng jagad saisiné.
Pitudúh : # 122

Ala-alaníng kêlakuwané wóng ora kåyå kang sinúng watak "Såpå sirå såpå ingsún". Margå sèndhènan
kaluwihané, êmbúh kêkuwasaané, êmbúh karósan, sênêng tumindak sawênang-wênang marang kalahané kang wís titå ora bakal kumawani mancahi gêdhéné nganti wani mbandakalani kêkarêpané. Wóng kang nduwèni sêsipatan kåyå mangkono mau prayogå énggal ngélinganå mênåwå laku jantraníng jagad mono wís kinodrat cåkrå manggilingan; síng wingi ånå ngisór déné sésúk gilír gumanti bakal ngêrèhaké.
Pitudúh : # 123

Sabên dinå kitå ajêg rêrêsík badan lan pênganggo, kajåbå amríh bagas
kuwarasan ugå katón apík lan ngrêsêpaké. Iki pakulinan kang apík. nangíng luwíh prayoga manèh yèn jroníng ati banjúr katuwuhan osík : åpå sabên dinå kita ugå rêrêsík lan ngupakara batín lan jiwå kita amríh sangsåyå apík lan sangsåyå rêsík såkå sakèhíng rêrêgêd såkå anané cacad-cacad lan panggodhå.Sêbab yèn badan wadhag kang kênå ing rusak iku kita gêmaténi, généyå jiwå kitå kang asipat langgêng malah kita lírwakaké pangupakarané ?
Pitudúh : # 124

Suméndhé ing takdir iku dudu sipaté wóng kang sênêng ulah luhuríng kêbatinan, nangíng dadi wataké wóng
kang lumúh tumandang gawé lan cupêt nalaré. Luhuríng kêbatinan kudu tansah jumbúh lan laras karo ajuníng kawrúh lair. Liré, kêbatinan kang luhúr iyå kudu biså ngujudi pakarti kang luhúr ugå, kang biså njunjúng lan mulyakaké drajadíng nuså lan bangsané. Pitudúh : # 125
Såkå kayungyúníng manungså marang båndhå, sêmat lan drajad anggóné migunakaké nganti kêrêp nglírwakaké
kautaman, nglalèkaké jêjêríng kamangnungsan. Uripé prasasat kaêsók kabèh ånå ing kono. Ora ngélingi kêpriyé wusananíng dumadi. Ing jagad pancèn ora ånå wêwalêr wóng nglumpúkaké båndhå råjåbrånå, janji pikolèhé manút dalan kang bênêr lan dipigunakaké minångkå prabót prênataníng jagad.
Pitudúh : # 126

Uríp tanpå gêgayuhan luhúr, bêbasané kåyå lêlawuhan tanpå uyah, sêpå
tan miråså. Gêgayuhan bisané kasêmbadan kudu sinartan ngèlmu, jalaran ngèlmu mono pancèn sanguné ngauríp, wóndéné ngèlmu iku tinêmu ing laku lan tandang. Sakèhíng tandang ora bêcík kêlakóné yèn ora mapan. Liré, bisowå tansah ngélingi marang jantraníng kahanan. Wóng kang tandang tandúké mapan, angèl kêpèpèté, jalaran yèn mapan mêsthi cêpak waspadané. Déné waspådå mono sirikané målå lan adóh såkå bêbêndhu.
Pitudúh : # 127

Sakabèhíng tumindak iku panimbangé manút kawusanané.
Mula muríh bisané sampúrna, sabarang kang bakal dilakóni lan ditindakaké iku luwíh dhisík thinthingånå lan pilah-pilahna ålå bêciké kanthi wêningé nalar/pikír. Yèn wís, tumindaké kanthi dugå lan prayogå, sartå måwå têpå tulådhå. Liré, sabarang patrap mau upamaknå tumrap awaké dhéwé, ilangnå pangirå-irå tumrap awaké liyan kang durúng disumurupi. Élingå, såpå kang arêp mbêcíkaké alam donya iku, kudu mbêcíkaké awaké dhéwé luwíh dhisík.
Pitudúh : # 128

Ciri-ciriné jiwa kang isih kóthóng mono biså dititík såkå ulat praupan,
tutúr wicara, lan tingkah lakuné kang ora naté gêlêm kalah. Sabarang tindak-tandúké kêpingín unggúl lan mamèraké kaluwihané, ora anggèr kaluwihan biså kanggo ngadhêpi bêbåyå lan ngêntas såkå papan cintråkå. Kaluwihan kang tanpå dilandhêsi kautaman, kênå diumpamakaké kayadéné wêdhak pupúr síng nèmpèl ing njaban kulít baé, ora biså tahan suwé lan gampang luntúr margå såkå pakartiné dhéwé, awít nêrak dhasar-dhasar bêbênêr lan kasucian.
Pitudúh : # 129

Sabên tumindak sêjangkah ngilowå marang kinclóng-kinclóngé banyu
samudrå síng suthík kanggónan sangkrah, jalaran sakèhé uwúh mêsthi disingkíraké minggír. Sabên makaryå sapêcak, tuladhanên pakartiné banyu tritisan, nadyan tumètès mbåkå satètès, ditindakaké kanthi ajêg kêcónggah mbólóngaké watu síng atósé ngluwihi wåjå.
Pitudúh : # 130

Såpå kang bisa nêlukaké mungsúh-mungsúhé, dhèwèké diarani kuwat. Anangíng såpå kang bisa
nêlukaké awaké dhéwé, iya dhèwèké iku kang luwíh kuwat manèh.
Pitudúh : # 131

Samångså lagi ngadhêpi uríp rêkåså prayogané adhêpana klawan èsêm
gumuyu. Awít iku wus wujúd sênjåtå kang bisa gawé ènthèngíng sanggan lan bakal numusi muluríng pikír. Nanging yèn pênandhangmu mau tansah kók adhêpi kanthi ulat kang suntrút adhakané kowé bakal kêntèkan pikír kang wêníng, wusanané dadi nékat nuruti pokal kang nêrak bêbênêr.
Pitudúh : # 132

Såpå kang nganggêp åpå baé gampang, mêsthi bakal nêmu akéh rubédå.
Såpå kang gampang janji, iya kuwi kang arang nêtêpi.
Pitudúh : # 133

Uríp têgêsé mbudidåyå ngêtóg tênågå (bêrjuwang).
Uríp níkmat tanpå angín prahårå pådhå karo sêgårå kang mati. Aku luwíh sênêng ditêndhang, dilawan déníng nasíb, tinimbang diugúng.
Pitudúh : # 134

Laku jujúr kuwi pådhå karo dhuwit kang biså laku ing ngêndi baé.

Pitudúh : # 135

Kang bêcík lan ålå, kabèh mêsthi nåmpå pikolèh, sênajantå kadhang­kadhang nampané cêpêt,
kadhang-kadhang alón.
Pitudúh : # 136

Wóng kang kinaranan bêrbudi iku, yåkuwi wóng síng rumångså tambah
kasíksa yèn nyumurupi sapêpadhané nandhang påpå lan kasangsaran. Runtúhé råså wêlasé adaté banjúr sinusúl sarånå cucúlé prabéyå lan barang darbèké. Nangíng pancèn angèl gólèk-gólèkané wóng síng kåyå mangkono iku. Buktiné ora sêthithík wóng síng mati mêrgå kêwarêgên, apamanèh wóng síng mati amargå kalirên.
Pitudúh : # 137

Manungså kuwi dadiné bêcík miwiti såkå njêro mênjåbå.

Pitudúh : # 138

Kang waspådå marang awakmu dhéwé jalaran iyå awakmu dhéwé kuwi
kang mujúdaké mungsúhmu kang palíng gêdhé.
Pitudúh : # 139

Manungså kang múng ngélingi marang pakartiné pancadriyané mono
bakal tansah kasinungan råså dhêmên utåwå sêngsêm. Såkå Råså Dhêmên banjúr kathukúlan råså mélík, såkå råså mélík munggah dadi nafsu, såkå nafsu banjúr nasar pakartiné lan sírnå bêbudèné síng wêkasané tumiba ing påpå, nandhang kasangsaran.
Pitudúh : # 140

Wóng juwèh, kawruhé tumèmpèl ing lambé, kumrêcêk ngêbaki ing
pasamuwan, katút samirånå mrånå-mréné. Bédå karo wóng mênêng, kawruhé sumimpên ånå ing ati wêníng. Wêtuné ora sarånå lambé, nangíng katampanan ing pucukíng pèn, mili ambèr ing kêrtas putíh, rinasakaké ing wóng sajagad.
Pitudúh : # 141

Amríh uríp kita tansah nêmóni rahayu, åjå kêndhat nggêgulang nandúr cíptå utåmå sajroníng ati sanubari
kita sinartan panyuwunan kang manthêng marang Gústi Kang Måhå Wêlas lan Måhå Asíh, mugå pinaringan nugråhå biså ndarbèni ati kang wêníng lan jiwå kang utåmå. Pancèn ora gampang wóng ngudi bisané kasinungan cíptå utåmå ngélingi mênåwå manungså mono mulå wís kêsêrênan sipat apês lan lali. Sók ngonowå yèn tå sawisé nandhang apês lan lali banjúr gumrégah manèh pangudiné åpå déné ora kêndhat ing panglantihé mantêpå ing kêyakinan yèn Gústi Allah ora bakal ora ngudanêni panyuwún kitå.
Pitudúh : # 142

Kawrúh lan "Ilmu pêngêtahuan" iku múng biså digayúh lan dikuwasani
kanthi laku kang laras karo åpå kang diwulangaké. Liré, ajaran téoriné kudu biså dicakaké lan ditrapkaké kanggo karahayóníng bêbrayan. Wóndéné lakuné mono kudu sinartan tékad kang gilíg lan kêkarêpan kang tulús lan mantêp kinanthènan katêguhaníng iman, kanggo ngadhêpi sakèhíng panggodhå sartå nyingkiri sikêp laku kang sarwå dudu.
Pitudúh : # 143

Banyu iku bisaníng bêníng yèn wís mênêp. Sanadyan mauné buthêk,
nangíng yèn wís mênêp, iyå banjúr bêníng. Sêmono ugå tumrap pêpinginan utåwå gêgayuhan yèn diudi nganti katóg lan mênêp ing têmbé ugå bakal kasinungan sifat bêníng. Liré, nadyan pêpinginan lan panggayu bisa kalêksanan klawan tumuli, éwå sêmono yèn ditlatèni suwéning suwé ugå bakal kasêmbadan.
Pitudúh : # 144
Yèn kêpingín nglungguhi pangkat kang dhuwúr luwíh prayogå yèn
dikawiti såkå kalungguhan kang êndhèk dhéwé. Awít klawan mêngkono ing têmbé kowé ora bakal gampang disêpèlèkaké déníng bawahanmu. Lan kang utåmå yaiku kowé nuli biså madêg dadi pêmimpín kang biså nglungguhi ing kawicaksanan, adóh såkå watak dêgsurå, anané múng sarwå kêbak råså têpå salirå.
Pitudúh : # 145

Ginubêl déníng råså "Tansah kurang marêm" marang asilíng pakaryan utawa jêjibahan kang diayahi, saugêr ora
ngångså-ångså, sayêkti malah dadi pamêcút kang bêcík kanggo luwíh maju. Nangíng yèn råså tansah kurang marêm mau ngênani wuwuhíng donyå­brånå, ora bédå kåyådéné rêridhu síng èsthiné múng tansah rinåså kayadéné pasiksané ngauríp.
Pitudúh : # 146

Élingå, mbésúk yèn wís tumêkaning janjiné ora kênå ora, badan wadhag lan sabarang kalír kang kita darbèni
iki bakal kita tinggalaké kabèh, ora ånå kang kitå gåwå mênyang alam kalanggêngan. Mula åjå bangêt nggónira katrêm marang kadonyan. Åpå manèh, såpå kang tansah ngêgúl-êgúlaké marang donyå branané lan gandrúng marang pêpinginan kang ora langgêng, èsthiné ora bakal bisa nêmókaké kahanan kang biså gawé langgêngíng kasênêngan lan katêntrêmaníng ati.
Pitudúh : # 147

Batiné wóng kang bisa ndarbèni ati nriman iku tansah ayêm lan têntrêm,
margå satingkah laku tansah linambaran kêyakinan kang kandêl marang kadar pêparingé Pangéran. Nriman ora têgês wis marêm åpå anané, nangíng suwaliké kêpårå malah sungkan mênêng. Múng baé ora grusa-grusu kåyå tumindaké wóng kang nduwèni sipat ngångså-ångså kåyå ora gêlêm ngakóni karang anané pandúm.
Pitudúh : # 148

Abót-abóting cobå tumraping ngauríp iku malah ora kåyå wóng kang lagi
kêbyukan sihíng Gústi Allah. Yèn lulús såkå pandadaran biså dadi manungså kang kajåbå gêdhé síh kadarmané ugå wicaksånå laír batiné. Nangíng yèn tå ora têgúh imané, wóng kang lagi kabómbóng ing donyå artå lan kêladúk rumångså sarwå kuwagang mbêndúng sêgårå njugrúgaké gunúng mau istingarah bakal kóncatan kawaspadané. Kêjåbå lali marang sangkan parané ugå lali yèn sakèhíng drajat lan sêmat dalasan têkan nyawané dhéwé pisan iku múng lugu barang titipan kang sawayah-wayah bisa dipundhút bali déníng Kang Kagungan.
Pitudúh : # 149

Ambudidåyåå ing båndhå manút sakatógíng tênågå nangíng åjå lali kinanthènan tékad lan sêdya yèn sapérangan
bakal kita tanjakaké kanggo nindakaké pangibadah. Élinga yèn pati iku lawangíng akhérat, déné laku ngibadah iku kang biså dadi sarånå nggampangaké manungså tumêkané marang ing lawang mau kanthi råså pangråså tobat lan sumarah. Suwaliké, jiwå rågå kang ora kanggo tobat nalangsa ing Gústi Allah iku ora bédå kåyå anggané båndhå kang ora dijakati lan ora ditanjakaké kanggo pênggawé kabêcikan.
Pitudúh : # 150

Yèn sirå pinuju nandhang bagas kuwarasan, élinga yèn nalika kênå ing
lårå, supríh sirå têtêp bagas kuwarasan kanthi sêsirík prakårå-prakårå kang mbiyèn nyêbabaké lårå. Yèn ing nalikå sugíh, élingå yèn kêna ing pêkír, lêkas síng kåyå mêngkono mau kanggo ngawékani amríh sira ora gampang kadunungan pikiran sênêng pamèr lan sêsóngaran. Kawruhånå, iku kêpårå nudúhaké pratåndhå yèn dhèwèké iku sêjatiné wóng kang tunå ing råså wêlas asíh lan miskín ing kawrúh.


Sumber: www.ki-demang.com